Iklan

Ketua MPR: Kemajuan Peradaban Jangan Korbankan Nilai-Nilai Luhur Bangsa

warta pembaruan
25 Januari 2022 | 9:03 PM WIB Last Updated 2022-01-25T14:03:19Z


Jakarta, www.wartapembaruan.co.id
  – Banyak Generasi muda Indonesia yang lebih hafal dan menghayati lagu-lagu Barat dan pop Korea (K-Pop) dibandingkan lagu-lagu nasional (Indonesia). Begitu pula dalam gaya hidup, cara berpakaian, bersikap dan bertingkah laku, ada kecenderungan menjadikan budaya asing sebagai kiblat. 

Hal itu dikemukakan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo  ketika membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama siswa SMA Dea Malela, Pondok Pesantren Modern Dea Malela, Sumbawa, NTB, di Komplek MPR RI, Jakarta, Selasa (25/1/22).

“Kita memang tidak boleh anti terhadap budaya dan peradaban asing, tapi juga harus selektif memilih yang positif. Kita tidak ingin, generasi muda menjadi ‘lost generation’, generasi yang linglung, generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri,” katanya.

Menurutya, seharusnya kemajuan teknologi dan modernitas peradaban dapat dicapai tanpa mengorbankan nilai-nilai luhur, jati diri, dan budaya bangsa.

Pada bagian lain, Bambang Soesatyo menekankan bahwa masa depan bangsa tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan dibentuk, dibangun, dan ditentukan oleh apa yang dilakukan pada saat ini. Dicapai melalui tahapan pembangunan, dengan melewati berbagai tantangan kebangsaan, dan berproses melalui dinamika zaman.

Saat ini, katanya, MPR RI sedang menyelesaikan kajian Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) sebagai bintang penunjuk arah pembangunan, yang memastikan pembangunan dilanjutkan secara berkesinambungan dari satu periode pemerintahan ke periode berikutnya.

“Dengan adanya pembangunan, maka kita bisa mewariskan Indonesia yang maju, adil, dan makmur untuk generasi bangsa selanjutnya," katanya.

Bambang Soesatyo juga menjelaskan bahwa MPR RI juga terus menggencarkan vaksinasi ideologi menggunakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk memperkuat imunitas bangsa agar memiliki kekebalan dalam menghalau nilai-nilai asing yang mengancam jati diri dan karakter keIndonesiaan. 

“Virus ideologi yang merongrong kehidupan generasi muda tidak mudah didiagnosa secara kasat mata, namun dapat dirasakan dalam kehidupan keseharian,” katanya.

Ia memuji konsep pendidikan di Pondok Modern Internasional Dea Malela yang diselenggarakan dengan mengedepankan tiga nilai keutamaan yang bertumpu pada pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan, yaitu keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dan keunggulan dinamik.

Keunggulan komparatif adalah beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan religious. Keunggulan kompetitif yaitu berilmu, kritis, kreatif, inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri; dan keunggulan dinamik, yaitu toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Bambang Soesatyo juga mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa. Diperkirakan, dari sekitar 70,72 persen penduduk usia produktif, hampir 69 persen atau sekitar 131,6 juta jiwa adalah sumber daya manusia potensial yang berusia antara 15 hingga 44 tahun. 

“Generasi muda mempunyai peran penting, baik sebagai agen perubahan, kontrol sosial, kekuatan moral, penjaga dan pelestari nilai kebangsaan, maupun generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan nasional. Singkatnya, generasi muda adalah faktor kunci yang akan menentukan seperti apa wajah Indonesia di masa depan," katanya. (ys_soel)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketua MPR: Kemajuan Peradaban Jangan Korbankan Nilai-Nilai Luhur Bangsa

Trending Now

Iklan