Kebohongan Menyamar
Oleh: Wahyu Atmadji (Wartawan Senior)
Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Mencari kebenaran sejati tidak mudah saat ini. Apalagi hukum kebenaran sudah dibelokkan sedemikian rupa. Dalam konteks "kebenaran baru" atau "post-truth" adalah kebenaran yang tidak lagi didasarkan pada fakta, melainkan pada persepsi dan perasaan.
Di era "post-truth" ini kebohongan bisa menyamar menjadi kebenaran dan fakta menjadi tidak penting.
Maka ijasah asli atau asli tapi palsu atau memang palsu tidak penting. Yang penting didukung secara institusi pengakuan keasliannya. Padahal apa yang tak bisa "dibeli" di negeri ini. Apalagi jika kita orang kuat dan berduit.
Di negeri "seakan" ini bagi sementara orang tak peduli orang gaduh atas pengakuan atau penampilan. Tas Harmes asli atau KW tak penting. Pembuktian menjadi nomor sekian. Tak peduli orang ribut dan khalayak menjadi terbelah. Yang penting PD saja.
Dalam peradilan berlaku hukum siapa yang mendalilkan harus membuktikan. Pihak penuduh sudah menunjukkan bukti, saksi, keterangan ahli, dan sebagainya. Ini dalilnya.
Tapi yang dituduh juga merasa yakin tuduhannya salah. Bahkan merasa sudah cukup dibuktikan dengan pengakuan formalitas yang didukung institusi yang kurang meyakinkan. Setidaknya terlihat dalam jagat maya.
Ini juga "post truth" karena semua bisa gincu, rekayasa, supaya terlihat seakan cantik. Cuma sayangnya top down.
Yang dituduh mustinya bisa menggunakan infuencer, buzzer, nitizen journalist, melakukan investigasi seakan dari bawah. Buatlah cerita soft humanis yang kelihatan alamiah bukan terkesan pesanan. Apus-apus. Bukan pula sekedar top down dengan menghadirkan pejabat instansional.
Tetapi saya pesimistis. Sampai kapanpun kebenaran sejati tak akan terungkap karena bakal lebih banyak mudaratnya jika si penuduh benar. Apalagi institusi yang berwewenang ada dalam genggaman si tertuduh.
Sebaliknya penuduh yang mengantongi banyak bukti bisa-bisa malah dikirim ke "Hotel Prodeo".
Biarlah kebenaran sejati dimiliki mereka yang kini saling bertolak belakang keyakinannya. *Inilah pos cruut.* (Azwar)