Budaya Tradisi Khitan Daerah Kluet
Aceh Selatan, Wartapembaruan.co.id -- Durian Kawan| Tradisi khitan di daerah Kluet Timur, Aceh Selatan suatu tradisi yang menjadi tradisi yang unik, karena melibatkan ritual adat, setiap acara yang melibatkan pengurus adat dan hukum pada suku Kluet yang mendalam di setiap profesinya. ( 22/06/2025)
Seperti halnya dengan acara khitan (sunat rasul), sejak awal hingga akhir harus diperhitungkan sebaik mungkin oleh tuan rumah dan kemudian harus disetujui oleh pimpinan adat serta hukum sehingga pelaksanaan acara tersebut nantinya berjalan dengan baik dan efisien.
Bukan berarti ada indikasi negatif yang akan dilakukan oleh pimpinan adat dan hukum sehingga harus disetujui atau tidak, tapi semua itu erat kaitannya dengan menjaga warisan tradisi dan kebiasaan masyarakat.
Tradisi Berngi Mekacar, atau yang lebih dikenal dengan malam inai, menjadi salah satu kekayaan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kluet di Kabupaten Aceh Selatan. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam rangkaian acara pernikahan atau sunat rasul dan berlangsung pada malam sebelum hari pelaksanaan acara utama.
Dalam tradisi ini, baik pengantin atau anak yang akan disunat dipakaikan inai di kuku jari tangan, telapak tangan, jari kaki, dan telapak kaki.
Prosesnya diawali pada sore hari, di mana para nenek-nenek dan gadis muda bergotong-royong menumbuk daun inai atau daun pacar merah hingga halus. Pada malam hari, setelah Salat Isya, inai tersebut dipakaikan dengan motif khas berupa pola silang pada telapak tangan dan kaki.
Berngi Mekacar bukan hanya sekadar ritual memakai inai, tetapi juga momen penting untuk mendapatkan doa restu dari keluarga dan kerabat dekat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai gotong-royong, kekeluargaan, dan ketaatan terhadap adat istiadat.
Budaya tradisi mekacar ( inai ) salah satu ciri yang khas serta di bumbui candaan bagi nenek si anak yang mau sunat Rasul tersebut.
Dimana permintaan si nenek harus di penuhi permintaannya. Sehingga para (pemamoan) paman atau Oom nya harus memenuhi permintaan yang di ajukan oleh nenek agar kacar ( inai ) baru dikasih.
Berngi Mekacar menjadi bukti bahwa budaya lokal memiliki keunikan dan nilai luhur yang patut dijaga, terutama di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.