BREAKING NEWS

Banjir oh…Banjir, Wataknya Mencari Tempat Yang Rendah

 


Oleh: Chazali H.Situmorang (Pemerhati Kebijakan Publik)


Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Inilah banjir dan longsor yang terparah melanda Sumatera Utara. Awalnya Kota Sibolga yang remuk redam dihajar banjir dan longsor. Berbagai rekaman video hp dari para reporter dadakan mampu menggambarkan bagaimana parahnya Kota Sibolga dan Kabupaten Tap.Tengah. Angka yang meninggal puluhan orang, belum ada angka yang pasti karena bergerak terus, belum termasuk yang hilang.

Sebagai pembuka jalan, merembet ke Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Madina, Humbang Hasudutan, terus bergerak puncaknya meledak di Kota Medan. Alam rupanya tidak mampu juga menghadapi cuaca ekstrim  dan hujan yang terus menerus 3-4 hari dimulai Senin 24 Nopember dan hari ini Kamis sore sudah mereda. Tetapi gelombang banjir di Medan puncaknya hari ini 27 Nopember 2025. 

Tidak ada yang kebal banjir

Di Medan, banjir merata di daerah elite maupun daerah padat penduduk dan kumuh. Kalau di bantaran sungai ya sudalah menjadi langganan tetap. Rumah Dinas Gubernur, Walikota, Pangdam II/BB, dan pejabat lainnya di jalan protocol tidak lepas dari kepungan banjir. Setidaknya sang  banjir sudah nongkrong didepan rumah. Mungkin KPK ataupun Polisi tidak berani mengepung rumah dinas Gubernur Sumut Bobi Nasution, tetapi banjir sungguh berani. Banjir juga nekat mendatangi rumah Pangdam II/BB padahal di kawal Garnizun TNI Kodim Medan. 

Memang watak banjir, berbeda dengan sebagian watak manusia yang sombong dan tinggi hati. Kelakuan banjir yang sukanya mencari dan menerkam tempat yang rendah, tiada pilih kasih. Tidak bisa disogok. Hanya bisa dibelokkan ke tempat yang lebih rendah. Dan akhirnya ke laut. Celakanya jika permukaan laut lebih tinggi dari daratan. Itu menimbulkan musibah banjir yang permanen. Kehidupan akan terganggu. Terpuruknya kegiatan ekonomi, social, dan terganggunya ekosistem alam ini.

Di Medan banyak sungai. Sungai besar ada Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Wampu. dan anak-anak sungai. Kalau sungai itu kedalamannya masih terjaga, tidak terjadi sedimentasi, penyempitan alur sungai, sehingga semakin mengecil tentu berakibat sangat mudahnya sungai-sungai itu meluapkan airnya kesana kemari mencari tempat yang rendah tadi. 

Kondisi di atas, diperburuk dengan semakin berkurangnya penghijauan. Pohon-pohon yang bisa menangkap air hujan sudah banyak yang “meninggal dunia”. Daerah resapan semakin berkurang. Sudah dapat diapastikan air meluncur begitu saja ke jalan-jalan yang lebih rendah, pemukiman yang rendah dan minim selokan. Sempurnalah sudah sehingga terjadinya puncak banjir Kamis kelam hari ini.

Eh… rupanya penyebabnya bukan itu saja. BMKG mengumumkan terjadinya semacan angin Bibit Siklon 95B yang  berubah menjadi Siklon Tropis Senyar pada 26 November 2025 pukul 07.00 WIB. BMKG mengingatkan dampak yang ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi dalam beberapa hari ke depan.

Kita perlulah sedikit tahu tentang bencana hidrometeorologi, dimana terjadinya interaksi antara atmosfir (cuaca,iklim) dengan siklus air di Bumi. Proses interaksi itu dapat menimbulkan antara lain presipitasi berupa hujan, salju, yang berpengaruh terhadap aliran sungai atau danau. Disamping itu terjadi evaporasi , transpirasi berupa menguapnya air ke atmosfir. Akibatnya itulah bisa terjadi banjir atau kekeringan. Kali ini karena curah hujan ekstreem tadi yang terjadi banjir. 

Dalam laman resminya, BMKG menjabarkan beberapa wilayah berpotensi mengalami cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar. Masing-masing Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat. Saat ini bukan lagi potensi kejadian tetapi sudah terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat. Menghantam sebagai besar Kabupaten/kota terendam banjir dan mengalami longsor.

Bagi Gubsu Bobi Nasution seperti isyarat uji kemampuan dari alam dalam mengatasi bencana alam ini. Apalagi Bobi sebelumnya adalah Walikota Medan. Telunjuk orang Medan akan beramai – ramai menunjuk hidup Bobi sebagai actor yang paling bertanggung jawab dalam persoalan pembangunan tata ruang Kota Medan. Lapangan Merdeka yang digali begitu lebar dan dalam, akhirnya tentu tempat istirahat yang empuk bagi sang “banjir” yang sudah lelah keliling Kota Medan. Bobi tidak bisa berkelit.

Sebagai Gubernur yang bertanggung jawab atas penggalian tambang illegal, maupun yang legal yang tidak memperdulikan AMDAL, harus menggunakan wewenang dan tugas pokoknya secara professional. Apakah Bobi mampu tampil menangani persoalan banjir, longsor, dan banyaknya korban jiwa; beberapa Bupati Tapteng, Taput, Tapsel, sudah melaporkan kepada Gubernur untuk mengulurkan tangan membantu. 

Bagi Bobi Nasution, tentu ini persoalan baru dan cukup berat. Dalam usianya yang masih mudah belum punya pengalaman panjang, apalagi menghadapi musibah yang luar biasa ini, tidak akan dibiarkan oleh para Termul. Mungkin Bobi meminta dukungan dan bantuan Menteri-Menteri Termul dan Geng Solo atas instruksi Ketua Geng Solo. 

Jika Bobi tidak bisa dan tidak bijak dalam menangani banjir luar biasa di Sumut ini, sudah dapat dipastikan kondisi perekonomian masyarakat Sumut akan terpuruk. Pertumbuhan ekonomi melambat, inflasi meningkat yang sekarang ini sudah tinggi diatas rata-rata nasional. 

Siklon dan cuaca ekstreem yang menimpa Sumut, membuat Gubernur Sumut tidak bisa tidur nyenyak. Sebagai pelayan publik, harus berada di tengah-tengah masyarakatnya. Harus berkeliling bersama Walikota melihat langsung keadaan dilapangan. Bukan ditengah kota saja, tapi dipinggiran. Dengan cepat perintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk mengecek kesiapan logistic, buat dapur umum bagi pengungsi. Turunkan perahu karet untuk mem pick-up mereka yang terkepung banjir. Mobiliasi relawan dan Taruna Siaga Bencana.

Saya khawatir peralatan-peralatan yang tersedia terbatas, dan ada mayarakat yang terlantar. Dalam suasana seperti ini yang rawan, biasanya akan hilang sembako dari pasar. Kalaupun ada harganya meningkat tajam. Aparat harus menindak tegas jika terjadinya penimbunan yang tidak wajar. 

Perbaikan Ekonomi dan Rekon

Yang paling berdampak adalah para usaha Mikro. UMKM adalah kelompok pedagang yang paling menderita. Karena disamping rumah meraka banyak rusak termasuk sarprasnya diterjang banjir, tentu modal UMKM nya ikut amblas, terbawa banjir dan rusak. Mereka kembali  ke titik nol. Pemda harus  menangani persoalan ini sebagai tanggung jawab Konstitusional. Jika tidak angka pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat dan Gini Ratio semakin melebar. Kualitas hidup manusia Sumatera Utara akan semakin terpuruk. 

Itu sesuatu yang tidak dinginkan oleh masyarakat Sumut. Masyarakat Sumut punya etos kerja dan semangat untuk bangkit. Tetapi Gubernur dan Perangkat Pemda harus menjadi fasilitator, motivator, dan dukungan finansial yang bermakna. Mari kita renungkan. (Azwar)


Cibubur, 27 Nopember 2025

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image