Jakarta, Wartapembaharuan.co.id - Hidup dengan integritas berarti bertindak dengan kejujuran, kebenaran, dan selaras dengan kebajikan, tanpa terpengaruh oleh opini eksternal atau godaan sesaat, 15 Mei 2025.
Integritas adalah bersatunya ucapan dan apa yang dilakukan, sederhana nya Integritas adalah berani jujur apa adanya. Manusia memang tempatnya salah dan khilaf, namun ada manusia yang menjaga dirinya dari perbuatan tercela, ada pula manusia yang sengaja melakukan perbuatan tercela. Lebih cela lagi, jika kesengajaan itu dilakukan dengan enteng dan mudah untuk mendapatkan suatu keuntungan tertentu. Akan lebih cela lagi jika perbuatan tersebut dilakukan karena ada kesempatan entah itu dari jabatan yang diamanahkan atau hal lain. Dan lebih cela lagi jika menimbulkan korban dan kerugian dari orang lain, dalam hal ini seperti perbuatan dzalim.
Aparat penegak hukum hadir dalam negara yang bersepakat untuk hidup bersama di bawah naungan hukum yang diharapkan mampu memberikan keadilan, untuk menuju masyarakat madani yang sejahtera (social welfare). Mereka bertugas selain memberikan keadilan, juga menjaga ketahanan sosial (social defence) agar kehidupan yang saling berhubungan dalam suatu negara tersebut berjalan dengan sehat, seimbang, dan adil dalam suatu wujud Negara Republik yang berlandaskan hukum.
Harapannya, tidak banyak manipulasi yang hanya menguntungkan sebagian pihak, baik itu yang memiliki kuasa, memiliki uang ataupun status tertentu seperti dalam negara kerajaan kuno yang berbasis feodal.
Integritas memang berakar kuat pada kesadaran. Kesadaran akan beberapa hal mendasar menjadi fondasi kokoh bagi tumbuhnya integritas:
1. Kesadaran akan nilai-nilai diri: Individu yang berintegritas memiliki pemahaman yang jelas tentang prinsip-prinsip moral dan etika yang mereka yakini dan junjung tinggi. Kesadaran ini memandu tindakan dan keputusan mereka.
2. Kesadaran akan konsekuensi: Mereka menyadari bahwa setiap tindakan memiliki dampak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kesadaran ini mendorong mereka untuk bertindak secara bertanggung jawab dan mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pilihan mereka.
3. Kesadaran akan tanggung jawab: Individu berintegritas memahami peran dan kewajiban mereka dalam berbagai konteks, baik pribadi maupun profesional. Mereka sadar bahwa kepercayaan yang diberikan kepada mereka adalah amanah yang harus dijaga.
4. Kesadaran akan pentingnya kejujuran: Mereka menyadari bahwa kejujuran adalah fondasi dari hubungan yang sehat dan dapat dipercaya. Kesadaran ini mendorong mereka untuk selalu berkata benar, meskipun dalam situasi yang sulit.
Tanpa kesadaran yang mendalam akan hal-hal tersebut, integritas akan sulit tumbuh dan bertahan. Integritas bukanlah sekadar kepatuhan terhadap aturan, melainkan sebuah internalisasi nilai-nilai yang tercermin dalam setiap aspek kehidupan.
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi dan filsuf Stoa, sangat menjunjung tinggi integritas. Dalam karyanya yang terkenal, Meditations, ia berulang kali menekankan pentingnya hidup selaras dengan kebajikan, termasuk kejujuran dan kebenaran.
Berikut beberapa poin penting dari pemikiran Marcus Aurelius tentang integritas:
Kesesuaian antara tindakan dan perkataan:
Aurelius menekankan pentingnya bertindak sesuai dengan apa yang kita katakan dan yakini. Ia menulis, "Jika itu tidak benar, jangan lakukan; jika itu tidak benar, jangan katakan." Prinsip ini menjadi landasan bagi integritas, di mana kejujuran dan kebenaran menjadi kompas dalam setiap tindakan dan ucapan.
Menghargai kebenaran di atas segalanya:
Seperti Socrates yang mati karena berkata benar, bagi Aurelius, kebenaran adalah nilai yang sangat tinggi. Ia mendorong kita untuk mencari kebenaran dan bersedia mengubah pikiran jika terbukti salah. Ia berkata, "Jika seseorang dapat menunjukkan kepadaku bahwa apa yang aku pikirkan atau lakukan tidak benar, aku akan dengan senang hati berubah, karena aku mencari kebenaran, yang tidak pernah menyakiti siapa pun."
Integritas sebagai bagian dari kodrat rasional:
Sebagai seorang Stoa, Aurelius percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan hidup sesuai dengan alam. Integritas, termasuk kejujuran dan keadilan, adalah bagian dari kodrat rasional kita. Hidup dengan integritas berarti hidup selaras dengan kodrat kita sebagai makhluk rasional dan sosial.
- Tidak terpengaruh oleh opini orang lain:
Aurelius mengajarkan untuk tidak terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, selama kita bertindak dengan benar dan berintegritas. Reputasi sejati datang dari keselarasan tindakan dengan kebajikan, bukan dari pujian eksternal.
Integritas sebagai kekuatan batin:
empertahankan integritas membutuhkan kekuatan batin dan disiplin diri. Aurelius mendorong kita untuk mengembangkan ketahanan mental agar tidak tergoda untuk berkompromi dengan nilai-nilai kita demi keuntungan sesaat atau popularitas.
Secara keseluruhan, bagi Marcus Aurelius, integritas bukanlah sekadar konsep moral, melainkan sebuah cara hidup yang esensial untuk mencapai ketenangan batin dan menjalani kehidupan yang bermakna. Hidup dengan integritas berarti bertindak dengan kejujuran, kebenaran, dan selaras dengan kebajikan, tanpa terpengaruh oleh opini eksternal atau godaan sesaat.
Ajaran Socrates yang dipegang oleh Marcus Aurelius "Integritas lahir dari Pemahaman dan Kesadaran diri" bukan slogan, pencitraan dan validasi semu, karena hakikatnya topeng akan terlepas pada waktunya bagi mereka yang menyadari, terkesan klise, tetapi nyatanya jika seorang yang memiliki kuasa faham kalau dia punya tanggungjawab terhadap setiap darah dan pajak rakyat serta keturunannya, bahwa posisinya ada karena posisi rakyatnya, dia tidak akan pernah mengincar hadiah hadiah dari para penjilatnya. Apalagi hanya memikirkan manipulasi berikutnya untuk memperbanyak harta, melanggengkan kekuasaan dan hasrat birahinya.
Sedangkan raja yang tak mau faham dan tak tahu diri, dia hanya akan memikirkan Istana Versailles berikutnya, seperti Louis XVI dalam sejarah yang bermain-main dalam kekuasaan sampai tak pernah puas, hanya menunggu waktu yang akan memenggalnya atau keluarganya.
Ada orang yang membuai kekuasan dengan kesadaran nya, dan ada orang yang terbuai kekuasaan hingga hilang kesadaran nya, hidup itu pilihan dan sejarah yang berulang.
Setiap pejabat publik dan aparat penegak hukum memiliki kuasa ketika dia dilantik. Maka dalam sistem sebuah negara yang berbentuk Republik dan menjunjung tinggi hukum seharusnya mampu menyadari penting nya Integritas, karena jabatannya hanyalah sebuah titipan, tidak dapat diwariskan dan pasti tergantikan.
Meskipun sebagai manusia yang tidak sempurna tentunya memiliki cela dan kesalahan, namun dengan Kesadaran setidaknya tau batasan dan tanggung jawab yang diemban. Karena pada akhirnya setiap manusia akan kembali ke liang lahat tanpa membawa suatu harta, jabatan atau martabat pun dalam kuburnya.