Iklan

Gereja Katolik Tegaskan Komitmen Perlindungan dan Pemberdayaan Pekerja Migran

warta pembaruan
18 Mei 2025 | 10:52 PM WIB Last Updated 2025-05-18T15:52:33Z


Batam, Wartapembaruan.co.id
– Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina KWI, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, memimpin seremoni peletakan batu pertama pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Pusat Informasi Migran di Shelter St. Theresia, Batam. Pembangunan ini merupakan hasil kolaborasi antara Caritas Indonesia dan Komisi Keadilan, Perdamaian, Pastoral Migran dan Perantau (KKP-PMP) Keuskupan Pangkalpinang.

Fasilitas yang akan dibangun di kompleks Shelter Migran St. Theresia ini dirancang sebagai tempat pelatihan keterampilan dan pusat informasi bagi pekerja migran maupun calon pekerja migran. Inisiatif ini berangkat dari semangat kemanusiaan dan kepedulian terhadap korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), serta sebagai respons konkret Gereja terhadap tantangan migrasi di Indonesia.

Mgr. Sudarso dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar BLK dan pusat informasi ini dapat menjadi “rumah” bagi para migran—tempat yang merangkul dan memberdayakan. Ia menegaskan bahwa pembangunan ini mencerminkan perhatian nyata Gereja Katolik terhadap isu migrasi, sejalan dengan seruan Paus Fransiskus yang menekankan pentingnya merangkul para migran.

> “Seperti pesan Paus Fransiskus, siapa saja yang berjumpa dengan para migran, sama halnya berjumpa dengan Yesus,” ujar Mgr. Sudarso.

Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk, Pr, menjelaskan bahwa fasilitas ini akan memberikan pelatihan keterampilan, edukasi, serta memperkuat jaringan kerja sama. Ia menyoroti masih banyaknya pekerja migran Indonesia yang berangkat tanpa bekal keterampilan maupun informasi yang memadai.

> “Tempat ini akan menjadi pusat edukasi, sosialisasi, dan penguatan jaringan kerja sama,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya sinergi dengan mitra kemanusiaan dan lembaga pemerintah untuk menciptakan ruang yang aman dan bermartabat bagi migran.

Ketua KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus (Romo Paschal), menyatakan bahwa BLK dan pusat informasi ini bersifat inklusif dan terbuka untuk seluruh pekerja migran, tanpa memandang latar belakang

> “Shelter St. Theresia juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintah, guna menjamin perlindungan dan pendampingan yang layak bagi para migran,” ujarnya. Ia menyoroti rendahnya kompetensi dan minimnya informasi yang dimiliki calon pekerja migran sebagai salah satu penyebab utama mereka terjebak dalam praktik perdagangan manusia.

Batam sendiri menjadi lokasi strategis bagi pembangunan fasilitas ini, mengingat posisinya sebagai kota transit utama sindikat perdagangan orang menuju Malaysia dan Singapura. Berdasarkan laporan Kompas, sejak Mei 2022, sedikitnya 200 pekerja migran diberangkatkan secara ilegal setiap hari dari Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre ke Tanjung Pengelih, Malaysia. Praktik ini melibatkan jaringan kompleks yang melibatkan unsur swasta dan pemerintah.

Acara peletakan batu pertama ini turut dihadiri oleh berbagai kalangan, di antaranya:

Brigjen Pol. Dr. Anom Wibowo, S.I.K., M.Si. (Wakapolda Kepulauan Riau)

Bonar Panjaitan (Kabinda Kepri)

Perwakilan komunitas religius: Suster RGS, Suster Tiar SSCC, Suster JMJ, Suster FSE, Suster FCH

Adhi (perwakilan Bank Indonesia)

Romo Agustinus Dwi Pramodo

Perwakilan Jaringan Safe Migran Batam

Tim KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang

Sejumlah umat dan warga masyarakat sekitar

Dengan dibangunnya fasilitas ini, Gereja Katolik menegaskan komitmennya untuk hadir, berjalan bersama, dan memberdayakan para pekerja migran sebagai bagian dari upaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gereja Katolik Tegaskan Komitmen Perlindungan dan Pemberdayaan Pekerja Migran

Trending Now

Iklan