BREAKING NEWS

Sri Wulan dan Kang Ading Irwandi: Suara Rakyat Desa Sukajaya Lawan Perampasan Lahan


Sukajaya, Jawa Barat
- Ketegangan kembali terjadi di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Sejumlah warga, terutama para ibu dan penggarap lahan, mengaku menjadi korban intimidasi dan kekerasan oleh sekelompok orang tak dikenal yang diduga berafiliasi dengan sebuah perusahaan. Aksi tersebut diduga terkait dengan upaya pengambilalihan lahan garapan milik warga yang sudah dikelola turun-temurun sejak sebelum tahun 1950-an.

Ibu Sri Wulan, tokoh ibu-ibu desa sekaligus aktivis penggerak kaum perempuan, menyuarakan keresahannya bersama Kang Berlin, Wakil Sekretaris Jenderal Aliansi Persaudaraan Masyarakat Sunda (Apermas), dalam sebuah pertemuan terbuka di balai desa. Mereka menyoroti pentingnya verifikasi hukum atas insiden yang terjadi pada hari sebelumnya, di mana sekitar 13–15 orang datang ke lokasi dengan dalih memasang plang kepemilikan.

“Mereka datang saat aktivitas PKI (Pengelola Kebun Independen) sudah tutup. Alat-alat kerja mereka ambil paksa, katanya untuk kepentingan masyarakat. Tapi ini mencurigakan karena tidak melalui prosedur jelas,” ungkap Sri Wulan.

Sementara itu, Kang Ading Irwandi menegaskan bahwa Apermas akan mengawal kasus ini hingga tuntas. Ia menyoroti pentingnya pertahanan pangan sesuai dengan visi Presiden RI, dan menilai bahwa pengambilalihan lahan rakyat oleh pihak yang mengatasnamakan perusahaan atau broker harus dihentikan.

Korban kekerasan dalam peristiwa tersebut, Ading Irwandi, yang juga merupakan penggarap generasi ketiga di lahan tersebut, menceritakan kronologi kejadian. Menurutnya, anaknya melihat plang dipasang di depan kebun, lalu ia mendatangi lokasi dan langsung dihadang oleh sejumlah orang.

“Tanah ini sudah kami garap sejak sebelum 1950. Negara bahkan sudah mengeluarkan surat pendaftaran penggarapan pada 1952. Tapi sekarang tiba-tiba ada yang klaim lahan ini milik mereka,” tegas Ading.

Dalam peristiwa itu, beberapa warga menyebut ada keterlibatan oknum aparat yang berpihak kepada perusahaan, bukan kepada rakyat. Mereka berharap Gubernur Jawa Barat segera turun tangan menyelesaikan konflik agraria ini.

“Kami mohon Pak Gubernur turun langsung ke Desa Sukajaya, dan bantu rakyat kecil. Jangan biarkan suara rakyat terus dipinggirkan,” pinta Ading penuh harap.

Peristiwa ini memicu gelombang solidaritas dari kalangan pemuda dan kelompok masyarakat lokal yang menolak penggusuran sepihak. Dukungan dari berbagai aktivis dan aliansi masyarakat adat pun mulai berdatangan.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image