Eric Vr Menyongsong 2026 Serukan Visi "Pers Inklusif" dan Penguatan Etika Benteng Demokrasi

Tokoh Pers : Eric Vr
JAKARTA, Wartapembaruan.co.id - Industri media nasional dihadapkan pada persimpangan krusial menjelang tahun 2026. Menanggapi dinamika teknologi dan perubahan perilaku konsumsi informasi, tokoh pers Eric Vr menegaskan kembali pentingnya mengembalikan marwah pers sebagai instrumen pendidikan publik yang bermartabat dan inklusif bagi seluruh generasi.
Dalam refleksi akhir tahun di Jakarta, Eric Vr menekankan bahwa kepatuhan terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers bukan sekadar kewajiban hukum, melainkan komitmen moral. Ia mengingatkan bahwa kebebasan pers adalah amanah yang harus dibarengi dengan tanggung jawab sosial yang tinggi.
"Kemerdekaan pers bukan berarti kebebasan tanpa batas. Di tahun 2026, media tidak boleh menjadi budak algoritma yang hanya mengejar angka kunjungan (traffic) namun mengorbankan kualitas informasi yang menjadi hak publik," ujar Eric dalam keterangannya.
Visi Pers Inklusif: Menjembatani Lintas Generasi
Eric memperkenalkan konsep "Pers Inklusif", sebuah strategi media untuk merangkul keberagaman audiens, mulai dari generasi Baby Boomers hingga Gen Alpha. Menurutnya, media memiliki kewajiban untuk menyediakan konten yang relevan tanpa menurunkan standar kebenaran. Hal ini mencakup penyajian analisis data yang mendalam bagi pembaca senior, sekaligus pemanfaatan format visual dinamis bagi generasi muda.
Lima Pilar Jurnalistik 2026
Sebagai pedoman bagi praktisi media dalam menghadapi tantangan masa depan, Eric Vr merumuskan lima prinsip utama yang harus dijunjung tinggi:
1. Akurasi Mutlak: Menempatkan kebenaran di atas kecepatan informasi.
2. Independensi: Menjaga jarak yang sama dari semua kepentingan demi objektivitas.
3. Kemanusiaan: Mengedepankan empati dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam setiap pemberitaan.
4. ransparansi: Terbuka terhadap koreksi dan aktif menyediakan ruang hak jawab bagi publik.
5. Inovasi Beretika: Mengadopsi Kecerdasan Buatan (AI) sebagai alat pendukung efisiensi, tanpa menggantikan proses verifikasi dan intuisi manusia.
Menjaga Kepercayaan Publik
Eric juga mendorong organisasi pers untuk lebih aktif dalam membina integritas jurnalis. Ia menegaskan bahwa martabat jurnalistik adalah aset terpenting yang tidak boleh dikompromikan oleh hoaks atau praktik informasi yang tidak berimbang.
"Sekali kepercayaan publik runtuh, maka runtuh pula pilar keempat demokrasi kita. Pers harus tetap menjadi penjaga gawang informasi (gatekeeper) yang terpercaya bagi bangsa Indonesia," pungkasnya.
(Rudolf Simbolon)
