LMND Malikussaleh Soroti Sikap Pasif Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sumatera Utara terhadap Mahasiswa Asal Sumut yang Terkena Dampak Bencana di Aceh
Lhokseumawe, Wartapembaruan.co.id – Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Komisariat Universitas Malikussaleh menyoroti sikap pasif pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten/kota asal mahasiswa Sumut yang saat ini terdampak bencana di Provinsi Aceh.
Ketua LMND Komisariat Universitas Malikussaleh, Paulus Ardi Pernando Berutu, menyampaikan bahwa banyak mahasiswa asal Sumatera Utara yang sedang menempuh pendidikan di Aceh ikut merasakan langsung dampak bencana tersebut. Mulai dari pemadaman listrik berkepanjangan, terganggunya jaringan komunikasi, hingga kerugian materi akibat kos dan tempat tinggal yang terendam banjir.
“Kami melihat tidak ada langkah sigap maupun perhatian nyata dari pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten/kota asal kami di Sumatera Utara. Padahal mahasiswa adalah aset penting bagi masa depan daerah. Ketika kami berprestasi, pemerintah hadir. Namun ketika kami berada dalam kondisi darurat seperti ini, suara dan nasib kami seolah diabaikan,” tegas Paulus.
Paulus menambahkan bahwa berbagai keluhan dan laporan dari mahasiswa asal Sumut seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Mahasiswa, sebagai generasi penerus pembangunan daerah, membutuhkan kepastian perlindungan dan dukungan, bukan hanya ketika mengharumkan nama daerah, tetapi juga ketika menghadapi musibah di tanah perantauan.
“Kami berharap pemerintah Provinsi Sumut dan pemerintah kabupaten/kota tidak hanya menunggu laporan, tetapi turun langsung melihat kondisi mahasiswa. Banyak dari kami mengalami kerugian karena kos yang terendam banjir, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, serta akses listrik dan komunikasi yang belum pulih sepenuhnya. Inilah waktu bagi pemerintah untuk benar-benar hadir,” tambahnya.
LMND Malikussaleh menyerukan agar pemerintah Sumatera Utara segera melakukan pendataan, memberikan bantuan darurat, serta membangun komunikasi aktif dengan mahasiswa asal Sumut di Aceh.
“Mahasiswa adalah aset daerah. Kami bukan hanya butuh apresiasi saat berprestasi, tetapi juga perhatian saat berada dalam kesusahan. Pemerintah harus hadir dengan tanggung jawab moral dan politiknya,” tutup Paulus.

