Iklan

Mentoring Kebangsaan Untuk Menjaga 'Rumah Besar' Indonesia

warta pembaruan
02 Maret 2021 | 10:27 AM WIB Last Updated 2021-03-02T03:52:30Z


Oleh :
Arven Marta
(Alumni Taplai LEMHANNAS  RI / Bakal Calon Ketua Umum PB HMI 2021-2023)

Sebagai sebuah negara yang hadir melalui proses panjang penyatuan antar suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, secara otomatis Indonesia merupakan 'rumah besar'. Rumah besar yang kemudian pada 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan dari kungkungan penjajah.

17 Agustus 1945 pun menjadi momentum bagi Indonesia untuk menyatukan seluruh elemen suku bangsa yang kemudian dibingkai dalam konteks persatuan dan kesatuan. Untuk menegaskan hal tersebut, ada mantra Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah mengandung makna biarpun berbeda tapi tetap satu.

Dalam perjalanan sebagai sebuah 'rumah besar', sangat banyak terpaan yang mencoba untuk mengotorkan rumah itu. Sejarah pun mencatat, negara Indonesia paling rentan terhadap isu yang berbau suku, agama dan ras (SARA). Kerusuhan antar suku bangsa dan antar agama pun pernah terjadi.

Ibarat api dalam sekam, konflik antar suku bangsa dapat sewaktu-waktu membakar kemewahan rumah besar ini. Seperti bom waktu yang tiba-tiba bisa meledakkan dan meluluhlantakkan pondasi rumah besar ini.

Menjaga rumah besar dari 'tangan-tangan usil', baik yang datang dari dalam ataupun luar negeri menjadi sebuah kewajiban bagi anak bangsa. Memastikan bahwa rumah besar tidak kotor adalah tanggungjawab kita semua. Membersihkan kembali rumah besar yang sempat dikotori pun tugas seluruh element masyarakat.

Akan menjadi hal yang berat untuk tetap menjaga rumah besar ditengah arus globalisasi yang melanda. Serbuan informasi secara massif di berbagai platform media sosial menjadi pisau bermata dua. Disatu sisi menguntungkan, namun disisi lain dapat menjadi kerugian.

Dengan kemampuan dan kesungguhan kita bersama, saya optimis jika rumah besar ini masih bisa kita jaga. Menurut saya, ada satu hal yang paling penting, yakni mentoring kebangsaan perlu selalu kita lakukan.

Mentoring kebangsaan yang dimaksud adalah menggalakkan kembali pemikiran-pemikiran kebangsaan dari tokoh-tokoh bangsa. Misalnya, di internal Himpunan Mahasiswa Islam kita mengenal Nurcholish Madjid sebagai seorang pemikir kebangsaan. Ketua Umum PB HMI selama dua periode yang menggagas lahirnya Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI ini adalah mentor kebangsaan di HMI dan Indonesia yang telah mewariskan gagasan hingga saat ini.

Dengan melanjutkan pemikiran Cak Nur, kedepan HMI
memberi kesempatan lebih luas terhadap tokoh-tokoh yang fokus
terhadap kebangsaan dan keindonesiaan berbicara di panggung HMI,
agar pemikirannya dibedah dan dibukukan.

HMI adalah wadah “candradimuka” kebangsaan bagi setiap kalangan. Profesionalitas HMI
menyeimbangkan keumatan dan kebangsaan, nilai lebih HMI
mengejawantahkan kekuatan ideologi kanan dan kiri dalam wadah “kebangsaan”. Jejaring yang dimiliki HMI dari Sabang sampai dengan Merauke, model struktural dan ideologis HMI terhadap Indonesia dan Pancasila.

Itu hanya contoh saja. Masih banyak tokoh-tokoh bangsa yang lain yang perlu kita kaji dan gali pemikirannya.

Mentoring kebangsaan dapat dijadikan salah satu cara untuk lebih mencintai Indonesia secara rumah besar. Bukan mencintai rumah kecil berbentuk suku bangsa. Sebab, Indonesia lahir dari penyatuan 'rumah-rumah kecil'.

Diharapkan mentoring kebangsaan dapat menjadi dialektika kebangsaan para pemuda. Mentoring kebangsaan dimaksudkan agar anak muda lebih peduli dengan gagasan kebangsaan yang dibangun oleh para pemikir dan ideolog kebangsaan.

Nanti kedepannya, mentoring kebangsaan dapat menjadi salah satu langkah strategis untuk menangkal radikalisme dikalangan pemuda dan mahasiswa. Alasannya, pemuda sudah dibekali pengetahuan kebangsaan dan diskursus kebangsaan pun bak jamur di musim penghujan.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mentoring Kebangsaan Untuk Menjaga 'Rumah Besar' Indonesia

Trending Now

Iklan