Iklan

Menteri PUPR Tampil Sebagai Pembicara di KTT Perubahan Iklim Asia Water Council

warta pembaruan
04 November 2021 | 4:43 PM WIB Last Updated 2021-11-04T09:43:05Z
Jakarta, Wartapembaruan.co.id – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa air merupakan dasar dari kehidupan dan penghidupan, serta merupakan kunci pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara di dunia. 

Hak itu dikemukakan Menteri PUPR ketika menjadi pembicara pada hari ketiga pelaksanaan Conference of  the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia, Rabu (3/11/2021) waktu setempat. Menteri PUPR tampil di sesi khusus Asia Water Council (AWC) Climate Change High-Level Roundtabl.

Sesi tersebut dihadiri Menteri Lingkungan Korea Han Jeoung-ae, Menteri Pengembangan Energi Tenaga Air, Angin, dan Surya Sri Lanka Duminda Dissanayake, Managing Director General Asian Development Bank Woo-Chong Um, Presiden K-Water Jae-Hyeon Park, Presiden International Water Resources Association Gabriel Eckstein, Deputi Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Kamboja, Duta Besar Kerjasama Lingkungan Korea Jung-Wk KIM, dan Utusan Khusus Perubahan Iklim Mongolia Batjargal Zamba. 

Menurut Menteri PUPR, pengelolaan air yang sukses mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama SDG poin ke-6, yakni memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

“Untuk mencapai target ambisius pembangunan sumber daya air dan air minum, Indonesia masih mengandalkan belanja publik atau melalui anggaran APBN, yang tidak akan mencukupi. Oleh karena itu, kesenjangan pembiayaan harus diatasi dengan solusi terintegrasi yang didukung dengan skema pembiayaan baru, seperti memobilisasi pembiayaan dari swasta untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dan memperkuat sistem pembiayaan melalui skema pembiayaan campuran," kata Basuki Hadimuljono.

Selain itu, katanya, diperlukan adanya rencana pengelolaan aset sesuai dengan berbagai skema kerja sama (APBN dan investasi)  dan mengoptimalkan manfaat dari pembangunan infrastruktur dari hulu hingga hilir seperti bendungan multiguna yang dapat menghasilkan pendapatan dengan menyediakan pembangkit listrik tenaga air.

“Selanjutnya mengembangkan Potensi Dana Air untuk mendorong investor menyalurkan dananya membiayai proyek secara optimal dan tepat sasaran, serta memanfaatkan Big Data dan Smart Water untuk mengatasi permasalahan yang ada di sektor air bersih, seperti proses monitoring yang tidak efektif dari sistem hulu ke hilir terutama pada kondisi ekstrim,” kata Menteri PUPR.

Pada bagian lain Menteri Basuki Hadimuljono mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat besar dengan jumlah penduduk lebih dari 271 juta jiwa.  Berdasarkan kajian Kementerian PUPR, potensi air permukaan di Indonesia sekitar 2,78 triliun m3.  

"Namun seperti halnya negara-negara Asia lainnya, Indonesia menghadapi tiga masalah air, yaitu terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor.  Masalah-masalah ini saling terkait yang berpotensi menjadi bencana perubahan iklim dan masalah sosial-ekonomi," katanya.

Menteri Basuki juga menyampaikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam manajemen air dan bagaimana masalah terkait air, seperti banjir, kekeringan, kenaikan muka air laut yang semakin serius dengan adanya perubahan iklim dan urbanisasi yang tinggi.

“Indonesia melalui Kementerian PUPR telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam manajemen air, seperti pelaksanaan manajemen sumber daya air yang terpadu,  peningkatan kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi, serta penyediaan layanan sumber daya air yang efektif, termasuk untuk kebutuhan sehari-hari, irigasi, industri,  pengendalian banjir termasuk pemanfaatan bendungan untuk sumberdaya energi terbarukan,” katanya.

Ia berharap Indonesia bisa belajar, bertukar pengalaman dan bekerja sama dengan negara-negara Asia lain dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dalam platform AWC.

Menteri PUPR juga menambahkan bahwa saat ini negara-negara di seluruh dunia masih berjuang untuk mengurangi pandemi COVID-19 dan konsekuensi ekonomi dan sosialnya. Penyediaan air bersih untuk mendukung penerapan protokol kesehatan akan menjadi tujuan penting utama bagi sektor infrastruktur publik. 

“Studi terbaru yang dilakukan oleh Indonesia Water Institute menunjukkan konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat tiga kali lipat dari kondisi normal, dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai sekitar 995 liter hingga 1.415 liter per hari,” katanya.

Turut mendampingi kunjungan kerja Menteri PUPR ke Glasgow di antaranya adalah Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Hubungan Antar Lembaga Asep Arofah, dan Staf Khusus Menteri PUPR Firdaus Ali. (ys_soel)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menteri PUPR Tampil Sebagai Pembicara di KTT Perubahan Iklim Asia Water Council

Trending Now

Iklan