Jangan Bicara Ideologi, Perkara Palestina Adalah Perkara Kemanusiaan
Oleh: Rizky Tarmasi (Pemerhati Keterbukaan Informasi Publik dan Hak Asasi Manusia)
Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Konflik berkepanjangan yang melanda Palestina sering kali dibingkai dalam narasi ideologi, seolah-olah hanya urusan ideologi tertentu semata. Padahal, inti dari tragedi ini jauh melampaui batas keyakinan. Ini bukan semata-mata soal Islam versus Yahudi, bukan pula semata konflik Timur Tengah. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang menyentuh nurani siapa pun yang masih peduli pada hak hidup, keadilan, dan martabat manusia.
Ketika seorang anak Palestina kehilangan keluarganya karena serangan udara, ketika seorang ibu melahirkan di tenda pengungsian tanpa listrik atau air bersih, ketika warga sipil dicegah mengakses layanan kesehatan dan pendidikan—tidak satu pun dari semua itu bisa dibenarkan atas nama ideologi, politik, atau keamanan. Ini adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar kemanusiaan yang seharusnya menjadi pijakan bersama umat manusia.
Dengan menjadikan isu Palestina hanya sebagai perkara ideologi, kita sebenarnya sedang menyempitkan makna penderitaan dan menghalangi solidaritas yang lebih luas. Kita secara tidak langsung menyampaikan bahwa yang perlu peduli hanyalah ideologi tertentu, padahal realitasnya, yang menderita adalah manusia. Anak-anak yang terbunuh tidak mengenal perbedaan ideologi dalam kematian mereka. Penderitaan yang mereka rasakan tidak memilih siapa yang akan iba. Maka, pembelaan terhadap Palestina harus datang dari seluruh penjuru dunia, dari siapa saja yang memiliki rasa kemanusiaan.
Kita harus berani mengatakan bahwa ketidakadilan yang terjadi di Palestina adalah kegagalan dunia dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Dunia internasional tidak bisa terus diam saat warga sipil menjadi korban kekerasan sistematis, pengusiran paksa, dan pelanggaran hak asasi manusia. Diam bukan netral, diam adalah bentuk persetujuan terhadap kekejaman yang terus berlangsung.
Solidaritas untuk Palestina bukan berarti memusuhi pihak tertentu. Ini adalah bentuk kepedulian terhadap manusia yang ditindas, terhadap rakyat yang sudah terlalu lama hidup dalam penjara terbuka, tanpa kejelasan masa depan. Kita tidak perlu menjadi bagian dari agama tertentu untuk bersuara. Kita hanya perlu menjadi manusia yang tak rela melihat manusia lain dihancurkan hidupnya tanpa alasan yang adil.
Sudah saatnya kita berhenti memperdebatkan ini dari kacamata sempit ideologi. Perkara Palestina adalah perkara kemanusiaan. Dan selama kita masih punya hati nurani, maka kita punya kewajiban untuk peduli—bukan karena ideologi, tapi karena kemanusiaan. (Azwar)